
Harga Bitcoin (BTC) kini memasuki fase teknikal penting setelah 50-day Moving Average (MA) resmi memotong ke bawah 200-day MA, membentuk pola yang dikenal sebagai Death Cross sinyal klasik yang sering dianggap bearish.

Namun, sejarah justru menunjukkan bahwa setiap Death Cross dalam siklus ini selalu menandai titik dasar (local bottom) sebelum kenaikan besar.
Menurut data yang ada kondisi ini adalah keempat kalinya Death Cross terjadi sejak 2023 sebelumnya muncul di September 2023 ($25K), Agustus 2024 ($49K), dan April 2025 ($74K) dan semua momen itu diikuti oleh rebound signifikan.

Death Cross, Antara Ketakutan dan Peluang
Dalam analisis teknikal, Death Cross terjadi ketika momentum jangka pendek melemah terhadap tren jangka panjang, secara umum diartikan sebagai potensi kelanjutan tren turun. Namun, data historis dari 2014–2025 memperlihatkan hasil yang beragam.
- 1–3 minggu pasca Death Cross: Pergerakan cenderung netral, dengan peluang naik-turun hampir seimbang (rata-rata +0.5% hingga +2%).
- 2–3 bulan pasca Death Cross: Potensi rebound meningkat, dengan rata-rata kenaikan 15–26%.
- 12 bulan setelahnya: Beberapa siklus mencatat kenaikan di atas 80%, sementara yang lain tetap sideways tergantung konteks makroekonomi.
Menurut analis on-chain Sykodelic, setiap Death Cross sejak 2018 selalu menjadi sinyal pembentukan dasar harga. Pada 2020, BTC naik 17x lipat setelah pola ini muncul; pada April 2025, Bitcoin juga rebound 69% dari $74.000 ke $125.000 dalam dua bulan.
Sykodelic memperkirakan kali ini BTC bisa membentuk dasar di sekitar $95.000 sebelum berbalik menuju $145.000, mengikuti pola tujuh tahun terakhir.
Faktor Makro dan Sentimen Market
Secara fundamental, kondisi makro turut memengaruhi arah BTC. Pasca pembukaan kembali pemerintahan AS setelah shutdown 43 hari, Bitcoin justru turun hampir 10% pola yang mirip dengan reaksi pasar tahun 2019.
Tekanan tambahan datang dari:
- Outflow ETF spot Bitcoin, yang mempersempit likuiditas.
- Aksi jual whale, mempercepat koreksi menuju zona $94.000.
- Indeks Fear & Greed anjlok ke level 10 (Extreme Fear) — terendah sejak Juni 2022.
Meski begitu, analis seperti Benjamin Cowen menilai Death Cross kali ini bukan sinyal akhir siklus, melainkan fase pendinginan alami sebelum kenaikan berikutnya. “Sejarah menunjukkan bahwa Death Cross sering menjadi titik balik psikologis, bukan puncak penurunan,” ujarnya.
Kesimpulan, Sinyal Tekanan atau Awal Rebound?
Death Cross memang membawa sentimen bearish di jangka pendek, namun data historis menunjukkan bahwa setiap fase serupa justru menjadi peluang akumulasi strategis.
Dengan posisi harga di sekitar $95.000 dan tekanan jual yang mulai mereda, BTC berpotensi membentuk dasar siklus baru menjelang akhir November.
Jika pola tujuh tahun terakhir terulang, fase ini bisa menjadi awal dari pergerakan menuju $140K+ di paruh pertama 2026.
Disclaimer:
Artikel ini hanya bersifat informatif dan tidak menjadi saran investasi. Aset kripto bersifat sangat fluktuatif, selalu lakukan riset pribadi (DYOR) sebelum mengambil keputusan trading.
Bergabung dengan MEXC dan mulai trading hari ini
Daftar


